Sabtu, 11 Februari 2023

Pengeluaran R&D Dan Kinerja Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Yang Dimoderasi Oleh Usia Perusahaan

 

Perkembangan ekonomi yang semakin luas dan tingkat persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk melakukan kebijakan investasi yang fleksibel. Investasi yang tepat dapat meningkatkan daya saing perusahaan di tingkat lokal maupun saat menghadapi tekanan perusahaan asing di tingkat global. Indikator keberhasilan melalui keunggulan komparatif saat ini tidak lagi menjadi pendorong memenangkan persaingan. Kunci untuk memenangkan persaingan, mempertahankan daya saing, meningkatkan kinerja dan pertumbuhan adalah inovasi (Dereli, 2015). Persaingan di tingkat global dan perkembangan teknologi yang pesat turut mendorong pentingnya inovasi.Oleh karena itu, strategi perusahaan harus mengarah pada inovasi dengan menerapkan proses produksi yang lebih efektif, meningkatkan kinerja lebih baik di pasar dan menanmkan reputasi positif dalam persepsi pelanggan sehingga mengasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Gunday et al.,2011).

Munculnya teori ini memotivasi banyak peneliti melakukan riset untuk membuktikan peran inovasi endogen di tingkat perusahaan. Penelitian Coad et al., (2016) misalnya mengukur inovasi pada perusahaan manufaktur melalui pengeluaran R&D. R&D merupakan elemen penting dalam meningkatkan profitabilitas dan menciptakan keunggulan kompetitif pada berbagai usaha bisnis (Wang et al., 2013). Hal ini yang memicu terjadinya perlombaan inovasi antar perusahaan. Saat perusahaan menyelesaikan proyek R&D secara efektif dan lebih awal daripada pesaing maka lebih mungkin bagi perusahaan untuk mendapatkan pangsa pasar terkait produk inovatif itu. Melihat hal itu maka perusahaan lain dapat mengurangi atau bahkan menghentikan investasi R&D pada proyek yang sama karena hanya akan memperoleh arus kas rendah yang terkait dengan proyek itu (Gu, 2015).

R&D berbeda dari sebagian besar kegiatan perusahaan karena tidak dimaksudkan untuk menghasilkan keuntungan langsung. Umumnya R&D membawa risiko lebih besar dan pengembalian investasi yang tidak pasti. Investasi R&D meski demikian sangat penting untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar melalui pemasaran produk-produk baru yang dihasilkan. Risiko investasi pada R&D yang besar dan imbal hasil yang tidak pasti ini menyebabkan perusahaan sulit memperoleh pendanaan eksternal. Ada risiko ketidakpastian yang tinggi atas hasil proyek R&D karena selalu ada kemungkinan kegagalan yang besar sehingga memunculkan pandangan umum bahwa kegiatan R&D sulit untuk dibiayai di pasar bebas. Hal ini terjadi karena output utama dari investasi R&D adalah pengetahuan tentang cara membuat produk baru dan pengetahuan ini tidak saling bersaing antar perusahaan.

Fakor internal perusahaan:

Tertinggalnya investasi pada R&D di Indonesia ini dipicu oleh beberapa faktor yaitu:

1. Lembaga riset yang dinaungi pemerintah kurang terkoordinir satu sama lain, dan hasilnya kurang produktif. Hasil riset biasanya hanya demi mengejar gelar akademis, pesanan pihak tertentu, tidak sinkron dengan kebutuhan industri, dan hanya terdokumentasi sebagai arsip. 

2.  Faktor fasilitas R&D yang ada di swasta juga relatif terbatas dan minimnya dukungan dana. R&D swasta cenderung hanya mengadopsi teknologi yang sudah terbukti sehingga minim inovasi dan pengembangan. 

3. Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan R&D, antara lain lewat kebijakan fiskal.

4. Likuiditas perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas berisiko tinggi yang rentan menghadapi masalah moral hazard sehingga membatasi ketersediaan pendanaan eksternal.

5.  Pengeluaran R&D dan penerbitan utang dimana perusahaan yang menerbitkan utang memiliki proporsi aset berwujud yang lebih tinggi dan melakukan pengeluaran R&D yang lebih sedikit.

Teori Usia Perusahaan

    Beberapa peneliti mengajukan prediksi bagaimana kinerja perusahaan berubah seiring dengan usianya. Teori usia perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu teori efek seleksi, learning-by-doing, dan inersia. Dua teori pertama menjelaskan adanya efek positif usia terhadap kinerja perusahaan. Teori efek seleksi yang dinyatakan oleh Jovanovic (1982) berasumsi bahwa awalnya tingkat produktivitas perusahaan adalah konstan.

1. Efek learning-by-doing Garnsey (1998)

    Terjadi saat perusahaan mulai mempelajari teknik produksi yang lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas dan memasukkan perbaikan ini dalam rutinitas produksi mereka. Teori inersia menjelaskan adanya efek negatif usia terhadap kinerja perusahaan.

 2.  Efek inersia 

    Terjadi ketika perusahaan semakin tua maka mereka menjadi kurang produktif karena menjadi semakin besar dan tidak fleksibel. Barron et al., (1994) menyatakan bahwa perusahaan tua cenderung tidak cocok dengan lingkungan bisnis yang dinamis dan menjadi kaku oleh beragam aturan, rutinitas operasional dan struktur organisasi yang kompleks sehingga kinerjanya menjadi berkurang.

    Kinerja perusahaan membaik seiring bertambahnya usia karena perusahaan yang lebih tua memiliki tingkat produktivitas yang semakin meningkat, laba yang lebih tinggi, ukuran yang lebih besar, rasio utang yang lebih rendah, dan rasio ekuitas yang lebih tinggi. Namun disisi lain mereka juga menemukan bukti bahwa kinerja perusahaan memburuk seiring bertambahnya usia. Perusahaan yang lebih tua memiliki tingkat pertumbuhan penjualan, laba, produktivitas dan tingkat profitabilitas yang lebih rendah.

Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengeluaran R&D terhadap Penjualan Perusahaan

Schumpeter (1912) mengatakan bahwa inovasi teknologi dimulai dengan melakukan penelitian dan pengembangan dan hasilnya akan dinikmati oleh pasar. Tujuan perusahaan yang melakukan pengeluaran R&D adalah mengembangkan produk baru dan meningkatkan kualitas produk yang ada dan mempercepat proses produksi dengan harapan pasar dapat menyerapnya sehingga semua tujuan itu mengarah pada peningkatan penjualan perusahaan. Dampak positif pengeluaran R&D ini banyak ditemukan pada penelitian sebelumnya.

Penelitian Hall dan Lerner (2010) menggunakan data tingkat perusahaan menemukan bahwa output dari investasi atau pengeluaran R&D meningkatkan produktivitas perusahaan rata-rata sekitar 8%. Hasil ini didukung oleh temuan Ozturk dan Zeren (2015) yang menunjukkan bahwa pengeluaran R&D memiliki efek positif pada pertumbuhan penjualan pada perusahaan manufaktur di Turki. Berdasarkan argumen diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang berinvestasi pada R&D memiliki penjualan lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D. 

2. Perusahaan manufactur yang berinvestasi pada R&D memiliki profitabilitas lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D. 

3. Usia perusahaan memperkuat pengaruh antara pengeluaran R&D terhadap profitabilitas profitabilitas lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D penjualan.

    Perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan karena laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, dan digunakan untuk membandingkan kondisi perusahaan dari tahun sebelumnya dengan tahun sekarang apakah perusahaan tersebut meningkat atau tidak sehingga perusahaan mempertimbangkah keputusan yang akan diambil untuk tahun yang akan datang sesuai dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan/kegagalan atas pelaksanaan fungsi-fungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan.

    Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, diantaranya struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan intensitas Research and Development. 

     1. Struktur kepemilikan dalam perusahaan mempunyai dua aspek konsentrasi

    Konsentrasi kepemilikan dari pihak luar (outsiders ownership) dan konsentrasi kepemilikan dari pihak dalam atau manajer (insiders ownership). Diharapkan lebih mampu meminimalisasikan adanya konflik kepentingan antara principal dengan agents, serta dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

 2. Ukuran perusahaan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan

    Dengan ukuran perusahaan yang besar akan memberikan indikasi perkembangan perusahaan sangat pesat. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA. 

3. Salah satu jenis dari aset tak berwujud yaitu aktivitas penelitian dan pengembangan R&D (Research and Development) yang patut menjadi subjek perhatian

    Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan dan keefektifan dari produk tersebut sehingga menjadi produk yang dapat dimanfaatkan. Metode untuk menghasilkan produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji keefektifan produk tersebut.

Sumber: www.jraba.org

http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/41714