Senin, 18 April 2016

Nadiem Makarim Tokoh Pendiri GO-JEK.


Halo Biemers, setelah mendapatkan tips-tips berguna, sekarang kami akan kembali mengajak kalian untuk mengenal seorang tokoh yang karena inovasinya dapat membuat dunia ojek motor berkembang dengan teknologi. Tentunya dulu kita harus ke pangkalan ojek untuk dapat memesan ojek, sekarang kita hanya perlu menggunakan aplikasi dari gadget kita, dan tukang ojek akan datang ke tempat kita, efektif bukan? Baiklah, tidak perlu berlama-lama lagi, orang yang akan kami perkenalkan adalah Nadiem Makarim sebagai Pendiri GO-JEK.

Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 ini memiliki ayah bernama Nono Anwar Makarim yang berasal dari Pekalongan yang berprofesi sebagai pengacara dan Ibu bernama Atika Algadrie dari Pasuruan yang bekerja di bidang non-profit. Nadiem mulai bersekolah SD di Jakarta, kemudian ia lulus SMA di Singapura, dari Singapura ia kemudian melanjutkan pendidikannya di jurusan International Relations di Brown University, Amerika Serikat dan selama setahun ia mengikuti program foreign exchange di London School of Economics. Ia juga melanjutkan studinya di Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master Business of Administration).

Nadiem Makarim pernah bekerja di sebuah perusahaan Mckinsey & Company sebuah konsultan ternama di Jakarta dan menghabiskan masa selama tiga tahun bekerja disana. Diketahui pula ia pernah bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia kemudian menjadi Chief Innovation Officer Kartuku. Berbekal banyak pengalaman selama bekerja serta memiliki jiwa enterpreneurship, Nadiem Makarim kemudian memberanikan diri untuk berhenti dari pekerjaannya dan mencoba merintis perusahaan sendiri pada tahun 2011 yang kemudian dikenal dengan nama GO-JEK. Ide bisnis transportasi GO-JEK sendiri berasal dari pemikiran Nadiem ketika ia berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem Makarim jarang menggunakan mobil karena mobilitasnya yang tinggi. Ia lebih sering menggunakan jasa ojek. Dari perbicangannya dengan para tukang ojek, ia menemukan kenyataan bahwa lebih dari 70% waktu kerjanya hanya menunggu pelanggan. Saya pun langsung wawancara tukang ojek lainnya, ternyata semuanya mengeluh susah cari pelanggan. Apalagi di Jakarta kemacetan makin memburuk, sehingga membuat masyarakat malas untuk bepergian. Jika ada layanan transport dan delivery yang cepat dan praktis, pasti akan sangat membantu warga Jakarta.

Nadiem Makarim kemudian menjabat sebagai CEO GO-JEK. Layanan GO-JEK menawarkan kemudahan serta kecepatan dengan bekerja sama dengan para Tukang Ojek di bawah naungan perusahaan GO-JEK. Layanan Go-jek Nadiem Makarim menawarkan jasa pengiriman barang (instant courier), transportasi (transport), membeli makanan (Go-food) dan belanja (shopping).

GO-JEK semakin berkembang setelah mendapat suntikan dana pada tahun 2014 dari perusahaan investasi asal Singapura yaitu Northstar Group, kemudian perusahaan ojek milik Nadiem Makarim tersebut juga mendapat suntikan dana pada tahun yang sama dari dua perusahaan yakni Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd.
Nama GO-JEK semakin terkenal pada tahun 2015 ketika merilis aplikasi mobile-nya sehingga semakin banyak menarik minat pelanggan baru yang menggunakan jasanya. Nadiem Makarim sendiri benar-benar memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kemudahan pelanggan menggunakan jasa GO-JEK. Para pelanggan GO-JEK dapat menggunakan aplikasi melalui smartphone mereka untuk memesan layanan GO-JEK, selain itu tarif dari GO-JEK didasarkan pada jarak tempuh dan pembayarannya dapat menggunakan credit (my wallet) dan cash.

Dari aplikasi ini, user bisa langsung memesan ojek hanya dengan beberapa langkah mudah. Setelah itu, ojek akan datang menjemput ke tempat konsumen dan mengantarkan ke tempat yang dituju. Pada tahun 2015 GO-JEK memperluas layanan jasanya dengan menambahkan Go-Busway, Go-Tix, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam dan Go-Massage pada aplikasinya. Pada awal mendirikan perusahaan GO-JEK, Nadiem Makarim hanya membawahi 20 orang tukang ojek saja, namun sekarang ia sudah memiliki 10 ribu orang tukang Ojek yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, dan Balikpapan dibawah naungan perusahaannya. Segala inovasi ia lakukan sehingga bisnisnya kemudian banyak diliput oleh media sebagai perusahaan yang merevolusi transportasi ojek.

Adapun syarat untuk bergabung di Go-Jek adalah harus memiliki kendaraan sendiri. Tiap pengojek akan dibekali smartphone sebagai alat penghubung dengan konsumen dan para pengojek tersebut harus mencicil biaya pembelian smartphone setiap bulan. Dalam perhitungannya, pendapatan tukang ojek bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per bulan. Sistemnya adalah bagi hasil, yakni 80% dari total penghasilan masuk kantong pengojek dan 20% sisanya untuk perusahaan. GoJek juga punya sistem bonus. Jadi kalau sehari mendapatkan 5 penumpang dari GoJek, akan mendapatkan bonus Rp 50.000.

Apa saja pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah sukses Nadiem Makarim pendiri GoJek?

1. Solusi inovatif dengan menggunakan teknologi.
Hal pertama setelah mendengar kisah Gojek, adalah solusi inovatif dengan menggunakan teknologi. Idenya sangat sederhana yaitu hanya mempermudah mempertemukan pengemudi ojek dengan calon penumpang. Solusi yang sederhana tersebut ternyata mendapat respon yang positif dari masyarakat dan segera berkembang pesat.

2. Membuat kebutuhan baru.
Pada awalnya orang tidak mau menggunakan ojek, karena di beberapa kota harga ojek cukup mahal dan permasalahan transparansi harga. Aplikasi Gojek berusaha menyadarkan pada masyarakat, bahwa ada sebuah solusi atas kebutuhan mereka. Modal transportasi ojek sebenarnya dapat menjadi solusi, jika dikelola dengan benar.

3. Membuka lapangan kerja baru dan padat karya.
Gojek membuka lapanngan kerja baru yang padat karya. Banyak orang-orang muda yang awalnya tidak memiliki penghasilan, saat ini dapat menghasilkan pendapatan yang cukup besar dengan menjadi pengemudi gojek.

4. Inovatif dan pantang menyerah.
Itulah kunci sukses Nadiem Makarim saat mendirikan PT Go-Jek Indonesia. Saat awal merintis usaha, ia kerap turun ke tempat para tukang ojek mangkal. Sudah begitu, tetap saja sulit merekrut pengojek untuk bergabung. Tetapi Nadiem tetap tidak menyerah, hingga di tahun 2015 ia menggunakan aplikasi untuk layanan ojeknya, alhasil semua kerja kerasnya membuahkan hasil yang bagus.

5. Keberanian Mengambil Resiko.
Bekal yang paling utama adalah keberanian mengambil risiko. No pain, no gain merupakan salah satu ungkapan paling umum, tapi paling susah diterapkan. “Kalau saya lihat, banyak orang Indonesia yang punya ambisi, tapi tak mengambil inisiatif. Alasan utama mereka adalah takut gagal. Padahal, gagal itu bukan sebuah kesalahan. Gagal itu proses pembelajaran. Jangan berharap sukses kalau tak belajar,” tegas Nadiem.

...Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri - Nadiem Makarim.

Bagaimana Biemers perkenalan kita terhadap salah satu tokoh yang berhasil mengembangkan idenya untuk membantu tukang ojek? Semoga informasi diatas dapat berguna dan dapat menjadi pengetahuan serta penyemangat bagi biemers semua untuk berani melakukan inovasi di dunia bisnis, terutama untuk membantu kemajuan ekonomi Indonesia. Sampai jumpa di lain waktu.

-KVN-

Sumber : www.biografiku.com, http://www.finansialku.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar