Selasa, 16 Februari 2016

Sifat-Sifat Pemimpin dan Cara Mengembangkannya

Hai Biemers 
grin emotikon (Khususnya teman-teman Program Studi Manajemen)grin emotikon
Pastinya semua sudah belajar tentang manajemen dong. Walaupun ada beberapa yang masih belajar landasan atau pengantarnya saja. Bagi teman-teman mengambil prodi Manajemen, pastinya beberapa dari kalian ada yang ingin menjadi seorang manajer yang sukses bukan? Nah, di sini kita akan membahas beberapa hal tentang sifat-sifat seorang manajer serta bagaimana mengembangkannya.
Sebelumnya, teman-teman sudah tahu belum apa itu peran dan keunikan dari seorang manajer yang ulung? Salah satu pendapat kebanyakan orang pada umumnya bahwa manajer yang ulung adalah orang yang mempunyai sifat-sifat kepribadian pemimpin yang ideal.
Lalu apakah yang unik dari seorang manajer? Banyak orang telah mengemukakan bermacam-macam model tentang sifat-sifat yang “harus ada” pada proses memimpin. Ide pokoknya yaitu:
1. Memimpin selalu melibatkan beberapa kegiatan yang bersifat mempengaruhi dan melaksanakan. Namun demikian manajer selalu harus menyuruh orang lain melaksanakan pekerjaan-pekerjaan. Hal itu berarti bahwa pemimpin selalu meliputi sejumlah besar masalah kekuasaan. Dengan perkataan lain manajer harus mengetahui banyak hal tentang cara menghadapi manusia.
2. Memimpin juga selalu meliputi sejumlah besar tugas pemecahan masalah. Beberapa masalah yang harus dipecahkan oleh para manajer sangat berbeda dengan masalah-masalah yang menyenangkan dan rapi yang harus kita pecahkan pada setiap akhir bab buku matematik di sekolah. Memang ada juga masalah-masalah yang jelas dan menyenangkan bagi para manajer, yaitu masalah-masalah yang umumnya disukai oleh para pimpinan. Semua hal yang dilakukan sebagai manajer ialah mempergunakan seluruh pikiran dan hasil pendidikan yang pernah mereka peroleh untuk menganalisa masalah dan menghasilkan pemecahan.
3. Manajer harus menjadi penemu masalah. Sebagian besar manajer mungkin akan terbahak-bahak terhadap pernyataan ini.. Mereka mungkin akan mengatakan dengan tegas bahwa menemukan masalah adalah masalah mereka yang paling akhir. Banyak masalah yang datang ke meja manajer setiap pagi. Namun demikian setiap manajer juga mengetahui bahwa ia tidak berani mempergunakan seluruh waktunya untuk memecahkan masalah yang ada di sekitarnya. Ia juga perlu mengambil sikap mental yang aktif dan bukan semata-mata reaktif.
4. Memimpin terjadi di dalam lingkungan organisasi. Tidak seperti orang-orang lain, manajer bekerja pada suatu posisi kekuasaan di dalam struktur organisasi yang berbentuk piramide. Ia direstui (atau mungkin juga dikutuk) dengan wewenang. Di dalam struktur piramide tersebut, mereka yang berada di bawahnya biasanya melihat diri mereka sebagai orang-orang yang lebih bergantung kepadanya ketimbang dia terhadap mereka.
Bagaimana kita harus mengembangkannya? Jika sasaran yang ingin kita capai ialah mengupas seluk beluk memimpin, maka pertanyaan berikutnya ialah bagaimana mendidik orang agar bisa melaksanakan kepemimpinan itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini sikap kerendahan hati adalah sudah selayaknya. Tapi sementara kita beralih dari tahap konseptual kepada tahap perencanaan dari proses memperkembangkan manajer, maka setidak-tidaknya jenis-jenis ide ini muncul.
1. Sebagian besar pengembangan manajer tidak terjadi di luar dunia kepemimpinan melainkan di dalamnya. Hal itu bisa berupa perpaduan yang aktif antara program pendidikan di luar praktek kepemimpinan dengan pengalaman yang aktif di dalam praktek kepemimpinan.
2. Marilah kita berusaha untuk lebih banyak mengajarkan metode dan sikap ketimbang mengajarkan pengetahuan. Hal ini tidak berarti bahwa pengetahuan adalah yang tidak dibutukan bagi tugas memimpin, tetapi banyak dari pengetahuan tentang memimpin ternyata bersifat sementara. Sebagai konsekuensinya, kita seharusnya memperkembangkan pada manajer-manajer serangkaian sikap yang membuat mereka menaruh minat dan haus akan pengetahuan baru dan berusaha untuk selalu memperbaharui pengetahuan mereka sendiri.
3. Banyak perhatian di dalam pengembangan-manajemen perlu diarahkan kepada manajer itu sendiri, yaitu kepada “ego”nya.
Setidak-tidaknya tiga pokok persoalan penting tampak muncul di sini.
Pertama, kita mungkin berusaha membantu manajer untuk menilai dirinya sebagai alat pemecah masalah. Jika kegiatan memimpin melipuiti masalah, hal itu juga harus meminta syarat kepercayaaan terhadap diri sendiri yang cukup, ketabahan dan keyakinan bahwa ide-idenya sendiri adalah berharga. Kita perlu berusaha untuk membantu manajer agar setidaknya busa menjadi seseorang yang “jiwanya terarah”
Kedua, Kemungkinan besar kita perlu mendidik manajer untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya sendiri secar serius ; untk selalu melihat kepada diri sendiri bagaimana mereka melihat kepada tugas-tugasnya; untuk secara sadar memperhatikan bagaimana sebetulnya keyakinan-keyakinan mereka sendiri, dan apa yang dirasa sebagai etika, dan apa yang merka sendiri sebetulnya ingin pecahkan. hal ini bukan berarti memanjakan diri; tetapi sabdar bahwa diri mereka sendiri adalah merupakan bagian yang bermakna dalam memimpin.
Ketiga, dan ini mungkin merupakan hal yang terpenting, ialah kita harus mendidik manajer untuk menilai dan mempergunakan “selera “ mereka. Hal itu disebabkan karena walaupun pengetahuan kita sudah maju, walaupun model serta metode kita sudah cukup lengkap, namun sejumlah besar hal ikhwal kepemimpinan adalah menyangkut hal-hal tentang “perasaan”, “penilaian” dan “intuisi”. Perasaan-perasaan batin yang tidak disadari ini sering merupakan alat yang penting dan berharga, terutama karena kegiatan memimpin itu harus dilakukan di dalam situati yang nyata.
Kesimpulannya, pengembangan seorang manajer harus menghadapi tiga pertanyaan pokok : Bagaimana caranya orang belajar menjadi manajer? Bagaimana caranya melatih mereka? Dan apakah manajer itu?
Nah, sudah tahu bukan keunikan dan cara mengembangkan diri sebagai seorang manajer? Untuk teman-teman yang ingin menjadi seorang manajer harus mulai memikirkan tiga hal pokok tersebut ya supaya dapat menjadi seorang manajer yang ulung 
Pesan : Isilah dirimu dengan pengetahuan dan metode kepemimpinan agar apa yang kamu pelajari selama ini (teori) dapat kamu praktekkan di kehidupan nyata.Janganlah hanya diingat semasa kamu mempelajarinya saja tetapi tanamkanlah dalam pikiranmu serta wujudkan dalam kehidupanmu,mulai dengan mampu memimpin dirimu sendiri,hingga suatu saat nanti kamu memimpin sebuah kelompok besar.
Sumber : Psikologi Manajemen Edisi Keempat, Harold J. Leavitt - Dra Muslichah Zarkasi, 1978 (Erlangga : Jakarta)
-CYA-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar