Perkembangan
ekonomi yang semakin luas dan tingkat persaingan yang semakin ketat menuntut
perusahaan untuk melakukan kebijakan investasi yang fleksibel. Investasi yang
tepat dapat meningkatkan daya saing perusahaan di tingkat lokal maupun saat
menghadapi tekanan perusahaan asing di tingkat global. Indikator keberhasilan
melalui keunggulan komparatif saat ini tidak lagi menjadi pendorong memenangkan
persaingan. Kunci untuk memenangkan persaingan, mempertahankan daya saing,
meningkatkan kinerja dan pertumbuhan adalah inovasi (Dereli, 2015). Persaingan
di tingkat global dan perkembangan teknologi yang pesat turut mendorong
pentingnya inovasi.Oleh karena itu, strategi perusahaan harus mengarah pada
inovasi dengan menerapkan proses produksi yang lebih efektif, meningkatkan
kinerja lebih baik di pasar dan menanmkan reputasi positif dalam persepsi
pelanggan sehingga mengasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Gunday
et al.,2011).
Munculnya teori
ini memotivasi banyak peneliti melakukan riset untuk membuktikan peran inovasi
endogen di tingkat perusahaan. Penelitian Coad et al., (2016) misalnya mengukur
inovasi pada perusahaan manufaktur melalui pengeluaran R&D. R&D
merupakan elemen penting dalam meningkatkan profitabilitas dan menciptakan
keunggulan kompetitif pada berbagai usaha bisnis (Wang et al., 2013). Hal ini
yang memicu terjadinya perlombaan inovasi antar perusahaan. Saat perusahaan
menyelesaikan proyek R&D secara efektif dan lebih awal daripada pesaing
maka lebih mungkin bagi perusahaan untuk mendapatkan pangsa pasar terkait
produk inovatif itu. Melihat hal itu maka perusahaan lain dapat mengurangi atau
bahkan menghentikan investasi R&D pada proyek yang sama karena hanya akan
memperoleh arus kas rendah yang terkait dengan proyek itu (Gu, 2015).
R&D berbeda
dari sebagian besar kegiatan perusahaan karena tidak dimaksudkan untuk
menghasilkan keuntungan langsung. Umumnya R&D membawa risiko lebih besar
dan pengembalian investasi yang tidak pasti. Investasi R&D meski demikian
sangat penting untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar melalui
pemasaran produk-produk baru yang dihasilkan. Risiko investasi pada R&D
yang besar dan imbal hasil yang tidak pasti ini menyebabkan perusahaan sulit
memperoleh pendanaan eksternal. Ada risiko ketidakpastian yang tinggi atas
hasil proyek R&D karena selalu ada kemungkinan kegagalan yang besar
sehingga memunculkan pandangan umum bahwa kegiatan R&D sulit untuk dibiayai
di pasar bebas. Hal ini terjadi karena output utama dari investasi R&D
adalah pengetahuan tentang cara membuat produk baru dan pengetahuan ini tidak
saling bersaing antar perusahaan.
Fakor
internal perusahaan:
Tertinggalnya investasi pada R&D di Indonesia ini dipicu oleh beberapa faktor yaitu:
1. Lembaga riset yang dinaungi pemerintah kurang terkoordinir satu sama lain, dan hasilnya kurang produktif. Hasil riset biasanya hanya demi mengejar gelar akademis, pesanan pihak tertentu, tidak sinkron dengan kebutuhan industri, dan hanya terdokumentasi sebagai arsip.
2. Faktor fasilitas R&D yang ada di swasta juga relatif terbatas dan minimnya dukungan dana. R&D swasta cenderung hanya mengadopsi teknologi yang sudah terbukti sehingga minim inovasi dan pengembangan.
3. Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan R&D, antara lain lewat kebijakan fiskal.
4. Likuiditas perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas berisiko tinggi yang rentan menghadapi masalah moral hazard sehingga membatasi ketersediaan pendanaan eksternal.
5. Pengeluaran R&D dan penerbitan utang dimana perusahaan yang menerbitkan utang memiliki proporsi aset berwujud yang lebih tinggi dan melakukan pengeluaran R&D yang lebih sedikit.
Teori Usia Perusahaan
Beberapa peneliti mengajukan prediksi bagaimana kinerja perusahaan berubah seiring dengan usianya. Teori usia perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu teori efek seleksi, learning-by-doing, dan inersia. Dua teori pertama menjelaskan adanya efek positif usia terhadap kinerja perusahaan. Teori efek seleksi yang dinyatakan oleh Jovanovic (1982) berasumsi bahwa awalnya tingkat produktivitas perusahaan adalah konstan.
1. Efek learning-by-doing Garnsey (1998)
Terjadi saat perusahaan mulai mempelajari teknik produksi yang lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas dan memasukkan perbaikan ini dalam rutinitas produksi mereka. Teori inersia menjelaskan adanya efek negatif usia terhadap kinerja perusahaan.
Terjadi ketika perusahaan semakin tua maka mereka menjadi kurang produktif karena menjadi semakin besar dan tidak fleksibel. Barron et al., (1994) menyatakan bahwa perusahaan tua cenderung tidak cocok dengan lingkungan bisnis yang dinamis dan menjadi kaku oleh beragam aturan, rutinitas operasional dan struktur organisasi yang kompleks sehingga kinerjanya menjadi berkurang.
Kinerja perusahaan membaik seiring
bertambahnya usia karena perusahaan yang lebih tua memiliki tingkat
produktivitas yang semakin meningkat, laba yang lebih tinggi, ukuran yang lebih
besar, rasio utang yang lebih rendah, dan rasio ekuitas yang lebih tinggi.
Namun disisi lain mereka juga menemukan bukti bahwa kinerja perusahaan memburuk
seiring bertambahnya usia. Perusahaan yang lebih tua memiliki tingkat
pertumbuhan penjualan, laba, produktivitas dan tingkat profitabilitas yang
lebih rendah.
Kerangka
Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengeluaran R&D terhadap
Penjualan Perusahaan
Schumpeter (1912)
mengatakan bahwa inovasi teknologi dimulai dengan melakukan penelitian dan
pengembangan dan hasilnya akan dinikmati oleh pasar. Tujuan perusahaan yang
melakukan pengeluaran R&D adalah mengembangkan produk baru dan meningkatkan
kualitas produk yang ada dan mempercepat proses produksi dengan harapan pasar
dapat menyerapnya sehingga semua tujuan itu mengarah pada peningkatan penjualan
perusahaan. Dampak positif pengeluaran R&D ini banyak ditemukan pada
penelitian sebelumnya.
Penelitian Hall dan Lerner (2010) menggunakan data tingkat perusahaan menemukan bahwa output dari investasi atau pengeluaran R&D meningkatkan produktivitas perusahaan rata-rata sekitar 8%. Hasil ini didukung oleh temuan Ozturk dan Zeren (2015) yang menunjukkan bahwa pengeluaran R&D memiliki efek positif pada pertumbuhan penjualan pada perusahaan manufaktur di Turki. Berdasarkan argumen diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang berinvestasi pada R&D memiliki penjualan lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D.
2. Perusahaan manufactur yang berinvestasi pada R&D memiliki profitabilitas lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D.
3. Usia perusahaan memperkuat pengaruh antara pengeluaran R&D terhadap profitabilitas profitabilitas lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak berinvestasi pada R&D penjualan.
Perusahaan perlu melakukan analisis
laporan keuangan karena laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan, dan digunakan untuk membandingkan kondisi perusahaan dari tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang apakah perusahaan tersebut meningkat atau
tidak sehingga perusahaan mempertimbangkah keputusan yang akan diambil untuk
tahun yang akan datang sesuai dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan merupakan ukuran keberhasilan/kegagalan atas pelaksanaan fungsi-fungsi
keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan
yang bersangkutan. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan
aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, diantaranya struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan dan intensitas Research and Development.
1. Struktur kepemilikan
dalam perusahaan mempunyai dua aspek konsentrasi
Konsentrasi kepemilikan
dari pihak luar (outsiders ownership) dan konsentrasi kepemilikan dari pihak
dalam atau manajer (insiders ownership). Diharapkan lebih mampu
meminimalisasikan adanya konflik kepentingan antara principal dengan agents,
serta dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
2. Ukuran perusahaan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan
Dengan ukuran perusahaan yang besar akan memberikan indikasi perkembangan perusahaan sangat pesat. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA.
3. Salah satu jenis dari aset tak berwujud yaitu aktivitas penelitian dan pengembangan R&D (Research and Development) yang patut menjadi subjek perhatian
Metode Penelitian dan
Pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan dan keefektifan dari produk
tersebut sehingga menjadi produk yang dapat dimanfaatkan. Metode untuk
menghasilkan produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta
menguji keefektifan produk tersebut.
Sumber: www.jraba.org
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/41714