MENS sana in corpore sano adalah ungkapan klasik yang sudah lama kita kenal. Arti ungkapan itu adalah dalam raga yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Namun, dalam dunia pekerjaan, seringkali fisik dan jiwa yang sehat diletakkan sebagai prioritas yang lebih rendah ketimbang pekerjaan itu sendiri.
Tidak heran bila saat ini, usia kematian semakin lama semakin muda terlebih lagi dimasa sekarang ini kita terus dipacu oleh kesadaran untuk menjaga kesehatan selama masa pandemi, ditambah dengan ketegangan karena keharusan beraktivitas di rumah saja, semakin banyak orang menyadari bahwa kesehatan mental juga perlu dijaga.
Sekarang ini isu Well Being menjadi pembahasan penting, baik di perusahaan-perusahaan raksasa maupun startup yang karyawannya terdiri atas anak-anak muda berusia di bawah 30 tahun. Well-being sendiri dapat kita artikan sebagi perasaan lega dan bahagia mengenai situasi diri sendiri.dengan kata lain hal ini menyangkut banyak aspek dalam kehidupan individu, antara lain kondisi rumah tangga, hubungan dengan orang lain, pekerjaan, dan aktivitas lainnya.
Well Being ini sering diartikan dengan kesehatan dan keamanan saat ini, padahal terminology well-being sudah memiliki cakupan yang cukup luas dimana setiap karyawan diharapkan dapat mencapai tingkat kesehtan mental maupun fisik yang optimal, bahkan untuk kebahagiaan dan kepuasan kerja juga merupakan salah satu cakupan dari Wll-Being
Tiga Kompoen Employee Well Being
Setelah menyadari pentingnya well-being karyawan dan mengupayakannya dalam organisasi, kita perlu bertanya: apakah karyawan merasa bahagia, engaged, lega, dan puas? Semua keadaan ini berhubungan satu sama lain sehingga perlu ditinjau satu per satu.
Sehingga dalam sebuah pengaturan beban kerja dan penugasan karyawan, ada hal beberapa hal yang perlu diperhatikan. Prowell,yang merupakan pencipta metodologi pengukuran well-being mengatakan bahwa employee well-being mencakup tiga kategori besar, yaitu mental, fisik, dan sosial.
Mental 😁 kognitif dan rasa emosional seseorang
Fisik 😍 memperhatikan kebugaran, kenyamanan, gizi, dan lingkungan kerja
Sosial 😎 pada aspek ini kasih sayang dan belongingness menjadi titik utama dari kategori ini
Bagaimana Kita menerapkan program well-being ?
Setelah kita mengetahui definisi dan komponen yang harus ada, maka dari itu kita juga perlu mengetahui bagaimana kita menerapkan program well-being ini di dunia pekerjaan.Dalam sebuah perusahaan maupun organisasi, program well-being biasanya dilakukan oleh divisi sumber daya manusia. yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah program ini bisa mendapatkan dukungan dari manajemen puncak ?
Dari sini kita harus memahami bahwa seorang pemimpin baik dalam perusahaan maupun organisasi tentunya perlu memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan diseluruh lingkungan kerjanya. Evaluasi seharusnya menjadi sebuah hal yang harus sering dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sebab kita tidak pernah mengetahui bagaimana kondisi mental dan emosional seseorang yang biasanya dapat berubah sewaktu-waktu.
Untuk itu dalam rangka melaksanakan program well being, maka dari itu survey dapat menjadi modal awal untuk mempertanyakan apakah program ini dianggap penting bagi karyawan maupun anggota dalam suatu organisasi itu sendiri, apakah mereka akan merasa bahwa mereka didukung oleh program ataupun sebaliknya, oleh karena itu dapat kita simpulkan disini bahwa umpan balik kepada karyawan bukanlah sebuah hal yang dapat kita abaikan, karena secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa manajemen juga memperlukan masukan karyawan untuk menciptakan sebuah program.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2021/03/13/080000526/menciptakan-employee-well-being